besoksenin.co

Majalengka On Air, Kini Ada Podcast yang "Serius" di Majalengka

Tommi Pringadi31 Mei 2021

besoksenin.co – Waktu aku masih muda dulu, kita perlu seorang teman yang memiliki perangkat iOS. 2010 hingga 2015-an untuk mendengarkan sebuah podcast. Di tongkrongan kami, paling hanya satu-dua orang yang ponselnya iPhone, jadi ya ketika mendengar podcast semuanya ngumpul, mirip menunggu atensi dibacakan di zaman radio. Itupun belum banyak channel yang berbahasa Indonesia. Layanan yang mirip seperti radio ini sebenarnya mulai berkembang pesat ketika mereka berekspansi ke Android, lewat platform yang sudah tenar duluan seperti Spotify. Di Indonesia sendiri, podcast langsung meroket ketika Podcast Close The Door dibawakan oleh Deddy Corbuizer, yang tayang di youtube. Di Majalengka sendiri, sudah banyak podcast-podcast yang bercorak lokal, ngomongin isu lokal. Namun dengan alat-alat yang sederhana, intinya bisa disebut selama ini belum ada yang “serius”.

Hingga beberapa waktu yang lalu, sebuah podcast yang membahas Panyaweuyan tiba-tiba muncul di beranda youtube-ku. Ketika di-check, ternyata yang menontonnya sudah ribuan padahal baru diupload dalam hitungan jam. Beruntung, kali ini aku diajak Kang Rizal Adi Lesmana untuk melihat-lihat studio mereka langsung, dan beginilah pengalamanku mengunjungi studio Majalengka on Air. Sore itu Majalengka sedang gerimis, diantar Kang Apep. Sesampainya di sana, kami langsung diajak naik untuk bertemu dengan Kang Joko dan Kang Rizal. “Ah itu kebetulan saja, karena menggunakan keyword panyaweuyan, jadi view-nya agak banyak.” Jawab Joko, merendah. Ketika ditanya apa rahasia podcast MOA mendapat views yang lumayan.

Gimana Awal Mula Majalengka On Air?

“MOA itu memang orientasi awalnya ya podcast, Pak Joko ingin mengangkat segala potensi yang ada di Kabupaten Majalengka lewat podcast. Kuliner, wisata, kreativitas anak muda, ekonomi kreatif, SDA, SDM, semuanya.” jelas Rizal, cerita soal sejarah MOA. Menurutnya, ide membuat podcast tentang Majalengka sebenarnya sudah ada sejak 2020, tetapi baru pada Januari tahun ini bisa dieksekusi.

“Saya kira peluang ke depan sangat terbuka. Tadinya tidak ingin membangun studio besar, tapi karena kami ingin serius maka tidak bisa setengah-setengah," sambung Teddy Joko Suwarno. Kemudian Excecutive Produser MOA ini menjelaskan soal banyak sekali konten yang bisa diangkat dari kota tercinta "Tetapi man-power-nya nih yang masih kita pikirkan.” Pria kelahiran, 6 Juni 1976 ini berencana membuat MOANews, konten berita seputar Majalengka dalam bentuk video, hingga konten ngobrol sambil nyetir ala konten Boy William. Untuk program terakhir sudah direalisasikan dengan diluncurkannya program Nyetir sambil Nyekil. Jadi entah bagaimana, saya percaya apa pun yang Pak Joko dan tim inginkan untuk MOA, pasti terlaksana, hanya urusan waktu.

Sekata dengan Joko, Rizal menambahkan kalau sebenarnya belum ada tim yang fokus untuk mengurusi MOA, semuanya sudah sibuk dengan job masing-masing. Hanya, ketika ada sedikit luang maka MOA mulai dicolek-colek. "Kami ingin memberikan yang terbaik untuk kota tercinta, tapi pelan-pelan dulu," seraya melempar senyum. Rizal memiliki mimpi untuk membuat film pendek bertema Majalengka, di mana seluruh talentnya di isi oleh anak muda Majalengka. Seketika bulu kudukku merinding, ketika membayangkan jika ada film ber-setting, diproduksi, di-aktor-i, bahkan soundtrack-nya di isi oleh anak-anak Majalengka semua.

Melihat-lihat ke dalam studio

Selanjutnya kami diajak turun ke lantai pertama, untuk melihat-lihat ke studio. Ketika pintu dibuka, ada ruangan dengan aksen lampu ala tempat nongkrong milenial. Ruangan ini cocok untuk dijadikan tempat menunggu, atau sekedar ngobrol-ngobrol konsep apa yang akan dibicarakan di dalam ketika on air nanti. Lalu pintu selanjutnya dibuka, dan whoaaaa, di sini adalah studionya. Ruangan ini cukup besar, ada ruangan khusus juga digunakan sebagai tempat editor; dengan tiga buah monitor, lengkap dengan switcher untuk gunta-ganti kamera, dan perangkat-perangkat editing lainnya. Sementara sisanya adalah tempat pengambilan gambar, ada dua kamera besar, dan empat lighting yang berfokus ke meja dan kursi ala studio podcast yang serius. Ruangan ini sendiri menggunakan wallpaper metropolitan bergambarkan gedung-gedung pencakar langit.

Dalam menjalankan kontennya MOA menggaet Indonesian Fighter Tourism Association (IFTA), Indie Kiwari, Oxsa Management, Genggi Record, hingga The Globe Institute. MOA membuka diri bagi siapa pun yang ingin dibantu publikasi di podcast, termasuk bagi musisi yang ingin rekaman lagu. "Ya siapa pun nanti yang tampil, kalau untuk Majalengka kenapa enggak," tutup Joko. Entah bagaimana, aku melihat ini sebagai pesan rasa cinta dari Kang Joko, Kang Rizal, dan kawan-kawan untuk Majalengka. Kini ada podcast di Majalengka yang, yang padahal belum serius pun sudah serius.